Assalamualaikum
Salam sejahtera teman - teman, sudah lama tidak menuliskan sesuatu di blog Just Share a Knowledge, kali ini saya akan membagikan tentang yang dilakukan oleh Reliability Maintenance Engineer (yang saya ketahui) dan ini hanya sebagian kecil saja. Semoga bermanfaat !!
I. DISSOLVE GAS
ANALYSIS (DGA)
Trafo memiliki isolasi yang salah satunya adalah minyak, semakin
sering trafo tersebut dioperasikan maka tahanan isolasi di minyak tersebut akan
berkurang dikarenakan beberapa faktor, salah satunya adalah kandungan di dalam
minyak tersebut. Untuk mengetahuinya salah satu cara nya adalah dengan
melakukan DGA test.
DGA test dilakukan dengan pengambilan sample minyak nya baik level bottom, middle ataupun upper tapi
biasanya yang digunakan adalah bottom. Adapun tata cara pengambilan minyak nya
sebagai berikut :
1.
Menyiapkan, syringe,
triway plastic stopcock, selang, navel, ember cuci dan majun.
2.
Pastikan Kondisi
syringe, selang dan navel dalam keadaan bersih.
3.
Hubungkan syringe
dengan tri way plastic stopcock.
4.
Pasang navel
dan selang pada sisi drain trafo.
5.
Buka Kran valve dan
biarkan oil trafo mengalir keluar.
6.
Lakukan pembersihan
navel dan selang menggunakan kucuran oil dari valve oil trafo.
7.
Lakukan pembersihan
Syringe sebanyak 3 kali menggunakan kucuran dari valve oil trafo.
8.
Pastikan saat
pencucian syringe tidak menarik tuas syringe untuk menyedot oil trafo, biarkan
tekanan oil trafo menekan tuas dengan sendirinya.
9.
Kucurkan oil trafo
hingga + 1 liter (Disesuaikan dengan ukuran trafo) hal
ini dilakukan untuk mengeluarkan “dead
volume” dari oil yang terperangkap pada instalasi valve dalam trafo yang
tidak mewakili kondisi oil trafo sesungguhnya.
10.
Lakukan pengambilan
sample dengan hati-hati dan pastikan tidak ada gelembung udara yang
terperangkap dalam syringe saat pengambilan sample.
Setelah dilakukan pengambilan minyak, kemudian dimasukkan ke dalam
alat analysisnya yang kemudian akan keluar hasil print dari komposisi minyak
tersebut. Adapun tata caranya sebagai berikut :
1.
Menyiapkan power
supply 220 VAC untuk alat test DGA
2.
Mengaktifkan alat
test Portable DGA
3.
Pada Main menu tekan
start new measurement
4.
Pada menu Equipment
typre pilih Transformer kemudian tekan, “next”
5.
Pada menu equipment
location pilih Add new untuk membuat
data base baru, kemudian tulis nomor seri trafo ,kemudian tekan “next”
6.
Pada menu
manufacture pilih add new untuk membuat data base baru
7.
Kemudian tekan
“next”
8.
Pada menu
manufacture model pilih add new untuk membuat data base baru, kemudian tulis
vector grup /informasi tambahan lainnya, kemudian tekan OK , bilamana tipe
trafo sama dengan yang sebelumnya maka pilih dengan tombol panah ke atas atau
kebawah , lalu tekan “finish” kemudian tekan “next”.
9.
Proses pengecekan
kembali data data yang telah diisi sebelumnya ,bila sudah OK tekan next atau
tekan back untuk mengedit.
10.
Pada menu equipment
sampling ports ,tulis titik pengambilan sample oil trafo (Bottom, Middle atau
Top), kemudian tekan “next”
11.
Pada menu sample
source pilih jenis pengujian yang akan dilakukan, apakah menguji oil trafo atau
menguji gas bucholz. Bila menguji oil
trafo maka pilih “next”
12.
Proses Konfirmasi
pengecekan kembali database yang telah diisi ,bila sudah OK tekan “next”
13.
Pada menu optional
Details lakukan hal berikut bila perlu
i.
Tekan Comment tulis
keterangan tambahan yang diperlukan (contoh maintenance
atau overhaul / informasi penting
lainnya, kemudian tekan OK
ii.
Tekan “extraction
Temperature” tulis temperature minyak saat pengambilan sample , kemudian tekan
“OK”
14. Terlihat menu Detail menampilkan inisialisasi
trafo yang telah diisikan sebelumnya(apabila terdapat kesalahan pengisian data
trafo dapat diedit dengan menekan Back terlebih dahulu)kemudian tekan “next”
15.
Ikuti instruksi pada
monitor interface alat test DGA Transport X
16.
Masuk pada menu
“instalasi botol’
17.
Masukkan kapsul
pengaduk magnetic stirrer kedalam
botol ,tutup kembali dengan tutup botol gelas ekstraktor
18.
Letakkan botol
ekstraktor pada pada tempat (holder)
pada alat test Transport X
19.
Sambungkan probe
temperature , bila sudah siap tekan “next”
20.
Lakukan proses purge
dengan pilihan waktu 5 menit ,lalu tekan next sambil menunggu proses purging
selesai siapkan syringe yang berisi oil trafo dan install (pasang) quick
realesed syringe
21. Bila sudah ada
instruksi untuk memasukkan oil trafo kedalam botol lid Assembly menggunakan
syringe , lakukan menggunakan syringe , lakukan dengan hati hati, pastikan
quick released sudah terpasang dengan syringe (tidak kendur) lakukan penekanan
(inject) syringe perlahan untuk
menghindari gelembung terjadi.
22.
Masukkan oil trafo
kedalam botol Lid assembly dalam
waktu kurang dari 2 menit untuk menghindari proses purge kembali. Kemudian
tekan “next”
23.
Biarkan Proses
berlangsung secara otomatis sampai keluar hasil pengujian
24.
Pilih Print result
untuk hasil pengujian ( Hasil akan tersimpan secara otomatis)
25.
Proses selesai.
Setelah mendapatkan angka tersebut kita analisa per kandungan yang
terkandung didalamnya, apakah masih layak atau tidak. Adapun kandungan yang ada
didalam sebagai berikut : Hydrogen, Water contenct, Carbon Dioxide, Carbon
Monoxide, Ethylene, Ethane, Methane, dan Acetylene dan total dari semua nya
adalah TDCG (Total Dissolved Combustible Gas). Adapun standar komposisi gas
didalam minyaknya sebagai berikut :
Dissolved Gas Concentration Limit (ppm)
|
Interpretation
|
Hydrogen (H2)
|
Methane (CH4)
|
Acetylene (C2H2)
|
Ethylene (C2H4)
|
Ethane (C2H6)
|
Carbon monoxide (CO)
|
Carbon dioxide (CO2)
|
TDCG (*)
|
100
|
120
|
1
|
50
|
65
|
350
|
2500
|
720
|
Satisfactory
|
101 - 700
|
121 - 400
|
2 - 9
|
51 - 100
|
66 - 100
|
351 - 570
|
2500 - 4000
|
721 - 1920
|
Kemungkinan Terjadi Gangguan
|
701 - 1800
|
401 - 1000
|
10 - 35
|
101 - 200
|
101 - 150
|
571 - 1400
|
4001 - 10000
|
1921 - 4630
|
Kemungkinan Terjadi Gangguan Tinggi
|
>1800
|
>1000
|
>35
|
>200
|
>150
|
>1400
|
>10000
|
>4630
|
Apabila dioperasikan
akan menyebabkan kegagalan
|
Tabel Interpretasi DGA Test Berdasarkan Referensi IEEC
Analisa Efek Beradasarkan Kandungan Gas Yang Terkandung
Referensi IEEC
Sebagai catatan :
· Operational Gas : CO2,
CO dan OH
· Fault Gas : CH4, C2H4,
C2H6 dan C2H2
Pembentukan Skema Gas VS Temparatur (Aproksiamasi)
Minyak trafo merupakan sebuah
campuran kompleks dari molekul-molekul hidrokarbon, dalam bentuk linear atau
siklis, yang mengandung kelompok CH3, CH2 dan CH yang
terikat. Pemecahan beberapa ikatan antara unsur C-H dan C-C sebagai hasil dari
kegagalan termal ataupun elektris akan menghasilkan fragmen-fragmen ion seperti
H*, CH3*, CH2*, CH*, C*, yang nantinya akan terkombinasi dan menghasilkan
molekul-molekul gas seperti etana (CH3-CH3), etilen (CH2=CH2)
ataupun asetilen (CH≡CH). Gas-gas ini dikenal dengan istilah fault gas.
Semakin banyak jumlah ikatan
karbon (ikatan tunggal, ganda, rangkap tiga) maka semakin banyak pula energi
yang dibutuhkan untuk menghasilkannya.
Hidrogen (H2), Metana
(CH4) dan Etana (C2H6) terbentuk oleh fenomena
kegagalan dengan tingkat energi rendah, seperti partial discharge atau corona.
Etilen (C2H4)
terbentuk oleh pemanasan minyak pada temperatur menengah, dan asetilen (C2H2)
terbentuk pada temperatur yang sangat tinggi.
Gas Hidrogen dan Metana mulai
terbentuk pada temperatur sekitar 150 oC, gas Etana mulai terbentuk
pada temperatur sekitar 250 oC dan gas Etilen mulai terbentuk pada
temperatur sekitar 350 oC. Setelah melewati titik maksimumnya maka
pembentukangas Metana, Etana dan Etilen akan terus menurun seiring dengan
bertambahnya temperatur.
Gas Asetilen merupakan inidikator
adanya daerah dengan temperatur paling tidak 700 oC. Pada beberapa
kasus kegagalan termal (hot spot) dengan temperatur 500 oC ternyata
juga dapat memacu pembentukan gas Asetilen walaupun dalam nilai ppm yang kecil.
Sejumlah besar Asetilen hanya dapat dihasilkan jika temperaturnya diatas 700 oC
yang biasanya disebabkan oleh adanya busur api (internal arcing).
Gas Etana dan Etilen sering
disebut sebagai "gas logam panas" (hot metal gases). Biasanya
saat ditemukan adanya gas Etana dan Etilen maka permasalahan yang timbul di dalam
transformator umumnya melibatkan logam panas. Hal ini mungkin saja terjadi
adanya kontak yang buruk pada tap-changer atau sambungan yang jelek pada suatu
titik pada rangkaian dalam transformator.Fluks magetis bocor yang mengenai
tangki transformator atau struktur magnetis lainnya dapat memacu pembentukan
"gas logam panas".Penyebab lainnya adalah kerusakan pada pentanahan
rangkaian (grounding) sehingga muncul arus lebih yang bersirkulasi karena tidak
bisa dibuang ke tanah. Jenis kegagalan lain yang muncul pada sebuah
transformator bisa saja merupakan gabungan dari kegagalan termis dan elektris,
ataupun kegagalan yang satu memicu kegagalan yang lain.
Material isolasi kertas &
kertas biasanya merupakan substansi polimer yang struktur kimianya adalah [C12H14O4(OH)6]n
dengan n bernilai antara 300 s.d 750. Umumnya berbentuk siklis, yang mengandung
senyawa CH2, CH dan CO. Ikatan molekul C-O merupakan ikatan yang
lemah, sehingga akan menghasilkan komponen pembentuk fault gas pada temperatur
hanya 100 oC, dan karbonisasi sempurna dari isolasi kertas pada
temperatur 300 oC. CO2 terbentuk pada temperatur rendah, sedangkan
CO mulai terbentuk pada temperature ≥ 200 oC.
Gas-gas lain seperti Nitrogen dan
Oksigen juga dapat muncu pada minyak.Nitrogen muncul akibat sisa N2 pada
saat pengiriman transformator ataupun oleh selimut Nitrogen.Munculnya Oksigen
pada transformator umumnya diakibatkan oleh kebocoran tangki
transformator.Penurunan jumlah Oksigen pada minyak umumnya menunjukkan kenaikan
temperatur yang berlebih pada transformator.Air embun dan gas-gas atmosfer
dapat merembes masuk ke dalam saat transformator dimatikan dan temperatur
ambient menurun drastis.
Ikatan Senyawa
Adapun
teori dan metode pendukung dalam menganalisa DGA ini yaitu Duval’s Triangle. Duval’s
Triangle menganalisa berdasarkan fault gas saja, seperti C2H2,
C2H4 dan CH4
Limits of
Zones
|
Partial
Discharge
|
98% CH4
|
|
|
|
Discharge of
Low Energy
|
23% C2H4
|
13% C2H2
|
|
|
Discharge of
High Energy
|
23% C2H4
|
13% C2H2
|
38% C2H4
|
29% C2H2
|
Thermal
Fault, T<3000C
|
4% C2H2
|
10% C2H4
|
|
|
Thermal
Fault, 3000C <T<7000C
|
4% C2H2
|
10% C2H4
|
50% C2H4
|
|
Thermal Fault
T>7000C
|
15% C2H2
|
50% C2H4
|
|
|
Duval’s Triangle
II. BREAKDOWN VOLTAGE (BDV)
Sama
hal nya dengan DGA, isolasi trafo memiliki tahanan terhadap tegangan atau kemampuan
suatu minyak menahan tegangan saat adanya gangguan. Dengan mengetahui nilai BDV
suatu isolasi cair, maka kita akan tahu kelayakan minyak tersebut, apakah harus
di separator, ganti yang baru atau tetap dijalankan. Adapun tata cara
pengambilan minyak hampir sama dengan DGA. Berikut adalah standar BDV berdasarkan IEC dan VDE :
STANDART
NILAI BREAKDOWN VOLTAGE OIL TRAFO METODE MENURUT IEC156
KRITERIA
HASIL MENURUT IEC60422
Parameter
|
Metode
|
Tegangan
Kerja Trafo (kV)
|
Baik
(kV)
|
Cukup
(kV)
|
Buruk
(kV)
|
Nilai
Tegangan Tembus (kV/2,5mm)
|
IEC60422
Tahun 2005
|
>400
|
>60
|
50-60
|
<50
|
170-400
|
>60
|
50-60
|
<50
|
72,5-170
|
>50
|
40-50
|
<40
|
<72,5
|
>40
|
30-40
|
<30
|
*Untuk oli baru minimal BDV nya adalah 50 kV
STANDART
OLI VDE0370
Kelas
Tegangan (kV)
|
Oli
Baru (kV)
|
Oli
Sudah Pakai (kV)
|
<60
|
50
|
30
|
60-150
|
50
|
40
|
>150
|
50
|
50
|
Tegangan Tembus Minyak
Trafo
|
Tegangan Operasi (kV)
|
Minyak Baru
|
Minyak Sudah Pakai
|
Minyak Baru
|
Minyak Sudah Pakai
|
IEC 156
|
VDE 0370
|
kV/2,5 mm
|
kV/2,5 mm
|
kV/2,5 mm
|
kV/2,5 mm
|
> 170
|
≥ 50
|
≥ 50
|
≥ 50
|
≥ 50
|
70 – 170
|
≥ 50
|
≥ 40
|
≥ 50
|
≥ 40
|
< 70
|
≥ 50
|
≥ 30
|
≥ 50
|
≥ 30
|
III. INDEKS KEHANDALAN SISTEM
Bila diberikan tingkat kegagalan yang tetap,
yaitu jika kegagalan – kegagalan terjadi secara acak, maka didapatkan hubungan
:
|
t = Waktu operasi
λ =
jumlah semua tingkat kegagalan (failure
rate) komponen
R = Tingkat kehandalan
|
Diketahui bahwa MTBF = m = 1/λ , maka λ = 1/m , sehingga
dari persamaan didapatkan grafik sebagai
berikut :
Dapat dilihat bahwa semakin dioperasikan suatu
peralatan, maka kehandalan akan berkurang dan kemungkinan terjadi kegagalan
semakin besar.
Adapun beberapa konfigurasi yang dapat
terpasang disuatu sistem
i)
Sistem
Secara Seri
Sistem akan berhasil, jika setiap komponen handalan yang berarti salah
satu komponen gagal maka sistem akan gagal. Bisa didapatkan persamaan
kehandalan ® untuk sistem seri adalah :
Rs = Probabilitas semua komponen
sukses
Rs = R1 x R2 x
R3 x … x Rn
ii)
Sistem
Secara Paralel
Pada sistem
parallel, sistem akan berhasil jika salah satu komponen sukses, maka
probabilitas suksesnya sistem akan semakin besar jika lebih dari 1 komponen
yang sukses, didapatkan persamaan untuk sistem parallel adalah :
Rp = Probabilitas salah satu komponen
berhasil
Rp =1 – [(1-R1) x (1-R2)
x (1-R3) x ….. x (1-Rn)]
Tetapi pada hal ini untuk nilai failure
rate penulis mengambil dari berdasarkan SPLN59, 1985 : 7 sebagai berikut,
Indeks Kehandalan Sistem berdasarkan
A)
System
Average Interruption Frequency Index (SAIFI)
Indeks kehandalan ini
didefenisikan sebagai jumlah rata – rata gangguan yang terjadi per pelanggan
yang dilayani suatu sistem per satuan waktu (Biasanya dalam satuan
tahun).Indeks ini ditentukan dengan membagi jumlah semua gangguan pelanggan
dalam satu tahun dengan jumlah pelanggan yang dilayani suatu sistem
tersebut.Persamaannya adalah sebagai berikut.
B)
System
Average Interruption Duration Index (SAIDI)
Indeks kehandalan ini
didefenisikan sebagai jumlah rata – rata dari lamanya gangguan yang terjadi per
pelanggan yang dilayani suatu sistem per satuan waktu (Biasanya dalam satuan
tahun).Indeks ini ditentukan dengan membagi jumlah semua gangguan pelanggan
dalam satu tahun dengan jumlah pelanggan yang dilayani suatu sistem
tersebut.Persamaannya adalah sebagai berikut.
C)
Customer
Average Interruption Duration Index (CAIDI)
Indeks kehandalan ini
didefenisikan sebagai jumlah rata – rata dari lamanya gangguan yang terjadi per
pelanggan yang dilayani suatu sistem per satuan waktu (Biasanya dalam satuan
tahun).Indeks ini ditentukan dengan membagi jumlah semua gangguan pelanggan
dalam satu tahun dengan jumlah pelanggan yang dilayani suatu sistem
tersebut.Persamaannya adalah sebagai berikut.
D)
Average
Service Availibility Index (ASAI)
Indeks kehandalan ini didefenisikan
sebagai jumlah rata – rata kemampuan untuk menyupply konsumen dalam satu tahun.
Indeks ini ditentukan dengan mengurangi total fix supply dengan durasi mensuplai dikarenakan gangguan dan lain
sebagainya, dibagi dengan total fix
supply per tahun.Total fix supply
nya = 8760 Hours. Persamaannya adalah sebagai berikut.
E)
Average
Service Unavailiblity Index (ASUI)
Indeks kehandalan ini
didefenisikan sebagai jumlah rata – rata ketidakmampuan untuk menyupply
konsumen dalam satu tahun. Indeks ini ditentukan dengan mengurangi total supply
fix dengan ketersediaan mensuplai. Persamaannya adalah sebagai berikut.
ASUI = 1 - ASAI
F)
Energy
Not Supplied (ENS)
Indeks kehandalan ini
didefenisikan sebagai jumlah energy yang tidak dapat disupply ke konsumen dalam
satu tahun. Indeks ini ditentukan dengan mengurangi total supply fix dengan
ketersediaan mensuplai. Persamaannya adalah sebagai berikut.
ENS = Total
Energy Yang Tidak Tersuplai
G)
Average
Energy Not Supplied (AENS)
Indeks kehandalan ini
didefenisikan sebagai jumlah rata – rata energy yang tidak dapat disupply ke
konsumen dalam satu tahun. Indeks ini ditentukan dengan mengurangi total supply
fix dengan ketersediaan mensuplai dibagi dengan total konsumen yang .Persamaannya
adalah sebagai berikut.
AENS = Rata –
Rata Energy Yang Tidak Tersuplai
Standarisasi Nilai SAIDI dan SAIFI (Short, 1996)
IV. TOOLS FORMULA PERAWATAN
Ada
beberapa tools yang digunakan untuk membantu perhitungan dalam menganalisa sesuatu,
seperti :
- Metode
FMEA (Failure Modes Effect Analysis)
Metode FMEA adalah suatu metode yang dilakukan
untuk menganalisa beberapa kejadian yang mungkin terjadi dan dilihat dari nilai
resiko yang akan didapatkan, ada 3 komponen yang mendukung untuk dapat nilai
RPN (Risk Priority Number) adalah S (Severity) atau seberapa besar efek
apabila terjadi, O (Occure) atau
seberapa besar probabilitas dia akan terjadi dan D (Detection) atau seberapa cepat hal tersebut dapat terdeteksi.
Setelah mengetahui angka dari ke-3 komponen itu maka akan didapat nial RPN = S
x O x D. Adapun langkah melakukan FMEA, yaitu:
- Tulis
semua langkah utama pada proses dalam kolom pertama. Langkah-langkah inilah
yang menjadi kerangka proses.
- Buat
daftar potensi kesalahan (failure mode) untuk setiap langkah proses. Analisa
dan temukan titik-titik kesalahan yang mungkin terjadi di setiap tahapan
proses.
- Buat
daftar mengenai efek dari failure mode yang ada dalam daftar sebelumnya. Jika
terjadi kesalahan, perkirakan efek yang akan dirasakan oleh process owner
(anda) dan oleh pelanggan anda.
- Buatlah
rating, efek mana yang paling besar hingga yang paling kecil. Beri angka 1
untuk yang efeknya paling kecil, dan 10 untuk yang efeknya paling besar.
Pastikan tim memahami dan menyetujui rating tersebut sebelum anda memulai.
Masukkan angka pada kolom ‘SEV’ (severity).
- Identifikasi
penyebab dari failure mode (kesalahan) sehingga menimbulkan efek tersebut.
Buatlah rating seperti yang anda lakukan pada daftar efek diatas yang
mengidentifikasi penyebab mana yang paling mungkin dan mana yang paling tidak
mungkin. Beri angka 1 untuk yang paling rendah kemungkinannya dan 10 untuk yang
paling tinggi kemungkinannya. Masukkan dalam kolom ‘OCC’ (occurence).
- Identifikasi
kontrol yang ada untuk mendeteksi isu-isu kesalahan yang ada dalam daftar anda,
dan buat rating berdasarkan efektifitasnya dalam mendeteksi dan mencegah
kesalahan. Nilai 1 artinya anda memiliki kontrol yang dapat dibilang sempurna,
dan angka 10 berarti anda tidak memiliki kontrol apapun terhadap failure, atau
memiliki kontrol namun sangat lemah. Masukkan dalam kolom ‘DET’ (detection).
Jika ada SOP yang teridentifikasi, catatlah nomor SOP tersebut.
- Kalikan
angka-angka pada kolom severity (SEV), occurence (OCC), dan detection (DET) dan
masukkan hasilnya pada kolom ‘risk priority number’ (RPN). Kolom ini akan
menghasilkan angka-angka yang akan membantu tim anda untuk menetapkan prioritas
fokus. Jika, misalnya, anda memiliki poin severity 10 (paling besar efeknya),
occurence 10 (terjadi setiap waktu), dan detection 10 (tidak terdeteksi), nilai
RPN menjadi 1000. Ini berarti kondisi telah sangat serius.
- Sortir
nilai pada RPN dan identifikasi isu yang paling kritikal dan mendesak untuk
segera ditangani. Tim harus membuat prioritas fokus.
- Tetapkan
tindakan spesifik yang akan dilakukan dan delegasikan kepada orang yang
bertanggung jawab di area tersebut. Jangan lupa untuk menentukan deadline
tanggal, kapan tindakan ini harus mulai/selesai dilakukan.
- Setelah
tindakan dilakukan, hitung ulang nilai occurence dan detection. Dalam banyak
kasus, nilai severity tidak perlu diubah kecuali jika pelanggan memutuskan
bahwa hal tersebut bukanlah isu yang penting.
Tabel
penilaian dari SOD
2. Metode RCA
(Root Cause Analysis)
Metode RCA ini
biasanya digunakan saat terjadi gangguan untuk mencari apa akar penyebab dari
suatu gangguan tersebut dengan beberapa tools
yang digunakan seperti, Fishbone Method,
5W+1H method, dan lain sebagainya.
Adapun komponen yang ada di form RCA, yaitu :
i.
Data –
data yang dibutuhkan
Data yang dibutuhkan seperti no RCA, tanggal kejadian, equipment yang
terganggu, level tegangan, jenis gangguan, titik gangguan dan unit yang
terkait.
ii.
Description
Menjelaskan kronologi kejadian yang terjadi saat terjadinya gangguan.
iii.
Fishbone Method
Metode tulang ikan dengan melihat masalah dari beberapa aspek yang
mungkin berhubungan satu sama lain.
iv.
Foto – foto
Kumpulan foto – foto saat terjadinya gangguan baik akibat terjadi
gangguan maupun sekitarnya.
v.
Data
Pendukung
Data yang diperlukan untuk menganalisa kejadian, bisa data megger, record relay, dan lain sebagainya
sebagai support data.
vi.
5W+1H Method
Metode dengan menanyakan beberapa hal How, Where, When, What, Who, Why.
vii.
Root Cause Decription
Penjelasan tentang akar masalah yang telah didapatkan baik secara
teoritis maupun secara data lapangan.
viii.
Countermeasure List
Kumpulan
beberapa pekerjaan yang dapat dilakukan sebagai tindakan pencegahan di masa
depan, diharapkan tidak terjadi kembali di masa yang akan datang.