Welcome to my blog

Follow me @fadhlifarsa

Lets share a knowledge

Follow me @fadhlifarsa

Enjoy it

Follow me @fadhlifarsa

Friday, October 12, 2012

[Teknologi Terapan] Mikroalga: Energi Terbarukan Generasi Ketiga

Indonesia, dan bahkan negara maju di semua belahan dunia, saat ini sedang mengalami krisis energi, pangan, dan sanitasi. lebih jauh lagi isu global warming juga menjadi momok menakutkan dalam kehidupan kita.

Disadari atau tidak, beberapa peneliti meyakini bahwa dengan teknologi mikroalga, ketiga sumber bencana massal itu bakal dipecahkan oleh sel kecil yang disebut mikroalga (dalam bahasa kita disebut mikro-lumut).

Mikroalga memiliki potensi sebagai bahan baku penghasil energi. Tidak dipungkiri bahwa pertumbuhan mikroalga lebih cepat dari beberapa tumbuhan lain yang dapat menghasilkan minyak, seperti jagung, kedelai, kelapa sawit, dan bunga matahari. Selain itu mikroalga tidak membutuhkan banyak lahan dan air untuk pertumubuhan. Lebih jauh lagi, mikroalga tidak menghasilkan limbah yang berdampak buruk bagi lingkungan sehingga tidak mempengaruhi kualitas air yang telah digunakan sebagai pertumbuhan.

Kenapa disebut generasi ketiga?
Mikroalga tidak menjamah dalam aspek pangan, meski di antara beberapa spesiesnya dapat digunakan untuk pangan. Berbeda dengan jagung, palm oil, coconut oil, dan beberapa tumbuhan tingkat tinggi lain yang masih dibutuhkan oleh kelangsungan hidup manusia, mikroalga tidak masuk dalam aspek pangan. Dan digadang gadang, mikroalga dapat tumbuh lebih masiv dari tumbuhan tingkat tinggi, lebih membutuhkan sedikit air, dan menyerap karbon dioksida dalam jumlah yang cukup tinggi. Mikroalga juga dapat tumbuh di hampir semua tempat, bahkan dapat memanfaatkan limbah cair industri, seperti Agroindustri untuk kelangsungan hidupnya.

Salah satu contoh proyek mikroalga dalam limbah kelapa sawit PTPN VII (TS pernah ikut dlm proyek), keuntungannya di antaranya: dapat menurunkan kadar COD BOD (senyawa yg berbahaya utk lingkungan) yang terdapat dalam limbah, dapat menyerap kadar tanin dalam limbah, dan menyerap senyawa nitrogen, dan beberapa senyawa lain dalam limbah, menkonversinya menjadi biomassa yang bermanfaat. Itulah kenapa mikroalga disebut sebagai small amazing factory, pertama dapat digunakan sebagai stok pangan (salah satunya spirulina berprotein lebih dari 50%), stok energi (salah satunya chlorella yang memiliki kadar lipid 30%), dan dapat digunakan untuk mentreatment air limbah sehingga air buangan akan lebih aman direlease ke lingkungan.



Biomass dari mikroalga dapat diolah menjadi beberapa turunan produk bioenergi seperti biodiesel (cara transesterifikasi), bioethanol (cara fermentasi), biobuthanol, maupun SVO (Straight Vegetable Oil) di mana minyak yang dihasilkan dari mikroalga langsung digunakan untuk mesin diesel yang telah dimodifikasi.



Dewasa ini sudah mulai banyak perusahaan berbasis mikroalga yang bermunculan di beberapa negara maju. Salah satu perusahaan berbasis mikroalga adalah Algenol, perusahaan menghasil biethanol dari mikroalga yang baru baru ini bekerja sama dengan Dow Chemical untuk membuat proyek petroleum dari mikroalga di Texas Amerika. Perusahaan lain yang juga terkenal akan mikroalga berbasis energi lainnya adalah Solazyme, yang menghebohkan dunia tentang bahan bakar jet nya yang dibuat dari biomassa mikroalga.


Tantangan Terbesar

Mikroalga untuk energi memang meyakinkan jika digunakan sebagai bahan baku dalam industri energi di masa depan. Namun tidak dipungkiri juga bahwa teknologi ini masih merupakan tahap awal di era milenium ini. Salah satu tantangan terbesar dalam pengelolaan produksi mikroalga untuk energi ada pada dowenstream processing, pada bagian pengolahan akhir, yakni mengubah biomassa menjadi energi seperti biodiesel, maupun bioethanol.


Biaya terbesar dalam produksi justru terletak dalam proses pemanenan mikroalga, karena hampir 90% mikroalga mengandung air sehingga membutuhkan teknologi yang cukup mahal dalam memisahkan air dan mikroalga yang sebagian besar ukurannya dalam kisaran 5-10 mikron. Solazyme juga mengamini opini ini. Dalam website mereka, Solazyme masih kesusahan dalam memproses pemisahan mikroalga dari mediumnya agar biaya operasi menjadi lebih rendah, serendah mungkin.


Bagaimana Perkembangan di Indonesia?

Indonesia masih terus mengembangkan teknologi mikroalga melalui kementrian riset & teknologi, kementrian ESDM, LIPI, maupun universitas di Indonesia. TS pernah menghadiri simposium biomass untuk energi di LIPI, dan sempat menanyakan perkembangan teknologi mikroalga ke salah satu petingginya, dan menjawab sedang dalam development pemilihan spesies2 mikroalga berbasis energi yang berpotensi dikembangkan di Indonesia.

-Dari pihak universitas, salah satunya adalah UNDIP Semarang yang gencar meneliti mikroalga berbasis lipid yang dimulai awal tahun kemarin lewat pusat riset C-BIORE (Center of Biomass & Renewable Energy).
-Konsorsium Maris (Indonesia Aquatic biomass for global sustainable Energy) yang menggandeng PTPN VII lampung, Maris Project Netherland, UNDIP, Katholik leuven Belgia University, dan Wirana, yang mengembangkan mikroalga dalam limbah cair industri kelapa sawit.
-Salah satu Industri mikroalga yang sedang menggeliat di Indonesia adalah Neoalgae yang merupakan perusahaan murni didirikan pengusaha asli Indonesia dan menggunakan teknologi asli Indonesia bertempat di Solo. Saat ini perusahaan tersebut sedang dalam tahap proyek Mikroalga Spirulina Platensis dalam kekutsertaannya untuk memenuhi ketahanan pangan Indonesia. Spirulina merupakan spesies mikroalga yang mengandung protein lebih dari 50%, beta karotin, antioksidan, dan beberapa vitamin lainnya. Kisaran Harga Spirulina di Indonesia saat ini antara Rp.400.000-600.000/kilogram food grade standard. TS sempat bertemu dengan CEO nya dan mereka sedang dalam pengembangan menuju industri mikroalga terbesar di Indonesia. September tahun ini mereka akan membangun plant spirulina platensis terbesar di Indonesia 2-3 ton/bulan, dan dimungkinkan dalam beberapa tahun kedepan dapat memproduksi biodiesel/bioethanol, bahan kosmetik, farmasi, dari mikroalga.



Perkembangan Teknologi Mikroalga memang menarik untuk diikuti, mengingat aplikasinya yang sangat besar dan luas, tidak hanya di energi, tapi juga ketahanan pangan, dan fine chemical. Kita tunggu saja informasi positifnya.

"setiap sel mikroalga adalah reaktor kecil yang memproduksi pangan, energi, dan produk bernilai tinggi dengan menyerap karbon dioksida, nutrien, serta cahaya matahari lewat proses fotosintesis"

(sumber : http://livebeta.kaskus.co.id/post/000000000000000713971751#post000000000000000713971751 )